Gertakan Obama ke HAMAS


Sikap Obama sudah jelas pak Dhe. Tidak terlihat niat Amerika untuk menjadi penengah yang baik di Gaza. Jadi kita tidak perlu nunggu-nunggu lagi. Mari kita jadi relawan ke Gaza”, Andre mengingatkan sikapnya sejak dulu terhadap Obama.

“Bener pak Dhe, nampaknya sudah saatnya kita bersatu padu untuk menolong saudara kita yang ada di Palestina”, Khalid menambahkan.

Bumi Allah sudah bergetar dan kita sudah sepakat, kita berangkat ke Gaza minggu depan“, tambah Khalid mantap.

Rombongan anak muda mushola Al Makmur ini begitu berapi-api menyampaikan laporan hasil rapat mereka dengan pimpinan pabrik. Tidak seperti minggu lalu yang datang dengan perbedaan pendapat, sekarang mereka nampaknya sudah punya satu suara untuk pergi ke Gaza.

Pak Dhe, seperti biasa, selalu memasang senyumnya sebelum mulai menyampaikan tanggapannya.

“Terus kalian sudah sepakat, sudah menentukan harinya?”, kata pak Dhe tenang.

“Benar pak Dhe. Tinggal menunggu arahan dari pak Dhe kalau ada. Kalau pak Dhe sudah nggak ada arahan lagi, kita segera pergi untuk mengurus segala sesuatunya” jawab Udin mantap.

“Masalah surat ijin atau cuti selama kalian tidak masuk kerja gimana? Udah beres juga ya?”, pak Dhe melanjutkan tanggapannya.

Kali ini, tidak ada yang menjawab pertanyaan pak Dhe. Semuanya terdiam.

“Lho, giliran ditanya cuti kok diem?”

Mereka masih tetep diam, hanya saling berpandangan, sampai akhirnya Udin yang bicara meski terpatah-patah.

“Itu yang sekarang jadi masalah pak Dhe. Minggu lalu, kita sudah dapet ijin dari kepala pabrik, tapi kelihatannya pemilik pabrik ini telah menegur kepala pabrik, sehingga ijin dari kepala pabrikpun jadi tersendat”

“Hmmm….”

“Sebaiknya bagaimana pak Dhe?”, akhirnya Khalid ikut bicara lagi.

“Bicara soal hati, siapa sih yang tidak ingin pergi ke Gaza? Bicara soal pekerjaan, siapa sih pemilik pabrik yang rela karyawan-karyawan unggulannya meninggalkan pekerjaannya dan menurunkan kinerja pabriknya?” pak Dhepun mulai ceramahnya.

“Bagi yang benar-benar tidak bisa mematikan perasaan hatinya dan ingin tetap pergi ke Gaza, mari kita hargai. Risikonya memang perlu dipertimbangkan masak-masak, karena kita sudah menandatangani perjanjian dengan pemilik pabrik untuk bekerja di sini sesuai peraturan pabrik dan bukan sesuai peraturan kita.”, pak Dhe melanjutkan ceramahnya.

“Risiko terbesar adalah tidak bekerja lagi disini”, pak Dhe berhenti sebentar melihat reaksi para pemuda yang ada di depannya.

“ Tiada seekor binatang melata pun dimuka bumi ini, melainkan telah dijamin oleh Allah rezekinya… demikian yang ada di surat Hud ayat 6. Jadi tidak perlu khawatir terhadap rejeki Allah” pak Dhe berhenti lagi. Menunggu reaksi dari pendengarnya.

“Kalau memutuskan untuk tidak berangkat, gimana pak Dhe?”, Udin mulai mengutarakan apa yang mengganjal di hatinya.

“Tidak masalah. Udin kan merasa bertanggung jawab terhadap grup produksi, sehingga melihat kalau ditinggal mungkin kinerja bagian produksi akan sedikit menurun. Bekerja adalah ibadah, jangan lupa itu. Jadi tindakan Udin adalah ibadah juga”.

“Mengapa sih Obama begitu gampangnya menyalahkan HAMAS. Sebenarnya yang diserang Israel itu Palestina atau HAMAS sih pak Dhe?”, Khalid rupanya lebih tertarik membahas situasi di Gaza.

[Tempo 24 Jan]

“Masalah yang tadi sudah klop ya? Gak ngganjal lagi kan?”, kata pak Dhe sebelum menjawab pertanyaan Khalid.

“Iya Pak Dhe”, hampir serempak mereka menjawab pertanyaan pak Dhe.

“Sejarah panjang Israel, Palestina dan Amerika ini memang saling terkait dan saling memunculkan klaim-klaim yang berbeda, sehingga pasti kitapun jadi bingung menganalisanya.”

“Israel berani bertindak macam-macam, kan karena ada BACK UP yang luar biasa setianya, yaitu Amerika. Sementara itu, di Amerika sana, untuk jadi presiden Amerika, perlu doa restu dari AIPAC [komite urusan publik israel amerika] yang isinya adalah orang Israel semua. Jadi wajar kalau presiden Amerika selalu pro Israel. Tidak ada kata reserve untuk yang itu”

“Mari kita berdoa saja untuk keselamatan kita, keluarga kita, saudara-saudara kita yang di Manokwari, atau dimanapun mereka berada, juga saudara-saudara kita yang ada di Gaza”

“Kita berdoa, semoga lagu Song for Gaza dari Michael Heart laris manis, jadi top dan bisa menyentuh semua pendengarnya, sehingga aroma perang tidak perlu kita dengar dan rasakan lagi. Kita berharap, hari-hari cerah segera menelimuti kota Gaza”

“Insya Allah. Amin”

“Semoga FATAH dan HAMAS bisa bersatu. Demikian juga para pemimpin di Arab, semoga mereka disadarkan akan pentingnya persatuan di tanah Arab”.

6 komentar

  • Ping-balik: Dongeng Pak Dhe [6] « Dongeng Pak Dhe

  • Ping-balik: Pondok Cinta (YoGyA) | Dongeng Pak Dhe

  • Mas Mancai sudah lama memperhatikan Amrik ya mas,
    begitulah memang padangan umum terhadap AMRIK

    ini akan berlangsung lama,
    karena AIPAC masih sangat dominan disana.

    Salam

    Suka

  • manapun pemimpinnya kalau dah white house tu yahudi punya… agenda tetap tak berubah…

    Suka

  • Makasih komentarnya mas Suryaden

    pak Dhe di tokoh ini mungkin hanya khayalan saja, soalnya orang seperti pak Dhe dalam kehidupan nyata tidak populer

    di kalangan garis keras, dia dianggap terlalu lembek
    sementara itu di kalangan garis lembut yang penuh kompromi
    dia dianggap terlalu keras dengan keberaniannya menyampaikan ayat-ayat yang mendukung golongan garis keras

    berdiri di tengah-tengah
    kadang terasa tidak nyaman
    dia tidak pernah bisa diterima oleh kedua golongan

    tapi
    itulah pilihan pak Dhe

    Suka

  • bijaksana betul Pak Dhe…
    mending mbantu material sebisanya ke Gaza, dan mengkampanyekan perdamaian dahulu dengan mengutamakan negosiasi…..
    selain itu kan masih banyak pekerjaan rumah di negeri ini yang lebih berada dekat di mata, dan membutuhkan semangat tinggi untuk menyelesaikannya, wis manis tenan Pak dhe itu ya…. untuk mengantisipasi kekerasan yang sama-sama semua tidak menginginkannya…

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.