AyAhkU



Kawanku di Kampung [ugm], bank Al, sangat menyanjung Ayahnya. Begitu hormatnya dia pada Ayahnya, seperti [atau mungkin lebih] hormatnya kita pada Jendral Sudirman, salah satu dari pahlawan kita yang menganggap hidup ini adalah perbuatan [yang baik dan berguna].

Saat aku menyetir mobil dengan kecepatan diatas rata-rata, maka aku juga seolah-olah merasakan ada sosok yang duduk disampingku sambil menepuk-nepuk pahanya.

Itu adalah tanda dari almarhum ayahku ketika meminta aku untuk melambatkan laju kendaraan.

Saat aku akan menyantap makanan yang enak, maka selalu terngiang kata-kata dari almarhum ayahku,

“ingatlah, di belahan dunia ini, ada sekelompok orang yang mencari makan saja susah, jadi heningkanlah dirimu dan berdoalah agar semua orang di dunia ini medapat kecukupan rejeki dari Allah swt”

Memang rejeki adalah urusan Allah [yang selalu penuh dengan misteri], seperti halnya jodoh dan mati.

Aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana Ayahku meinggal, karena aku etrlambat datang. Padahal begitu dengar berita dari pak Erwin Noerdin [saat aku sedang main bola], aku langsung meluncur ke rumah dan kemudian ke airport.

Begitulah Allah menentukan umur seseorang. Yang muda belum tentu mati terakhir, yang tua belum tentu segera dipanggil. Semua ada urutannya, namun bukan berdasar umur.

Kematian memang sesuatu yang pasti. Itulah gelar satu-satunya yang tidak perlu harus menjadi kaya untuk memperolehnya.

Gelar “alm” diberikan kepada semua orang, miskin maupun kaya, pinter maupun bodo. Semua diberikan gelar kehormatan tertinggi.

“ALMARHUM!”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.